Sabtu, 21 Agustus 2010

PEMBIMBING SEBAYA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan Bimbingan Konseling di sekolah bertujuan agar siswa dapat menemukan pribadi,mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan:
1. Menemukan pribadi,maksudnya adalah agar siswa mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri serta menerima secara positif dan dinamis sebagai modal penggembangan lebih lanjut.
2. Mengenal lingkungan,maksudnya adalah agar siswa mengenal secara obyektif lingkungan sosial dan ekonomi lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik dan menerima semua kondisi lingkungan itu (lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat) secara positif dan dinamis pula.
3. Merencanakan masa depan, maksudnya adalah agar siswa mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depannya sendiri ,baik yang menyangkut pendidikan, karir dan keluarga. (Prayitno: 1999)
Pada masa SLTA, antara 15 tahun sampai dengan 21 tahun merupakan masa remaja. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Mereka banyak mengalami konflik karena adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan fisik, psikhis dan sosial.
Untuk itu peran Guru Bimbingan Konseling (BK), menjadi sangat penting,karena dalam upaya mencapai tujuan seperti yang telah diuraikan di atas siswa mengalami hambatan-hambatan yang tidak mampu diatasinya sendiri, mereka butuh orang lain yang dapat membantu dan mau mengerti keadaan dirinya serta masalah-masalah yang dihadapinya. akan tetapi tidak semua orang bisa menjadi orang yang mau mengerti dan membantu kesulitan-kesulitannya itu, Guru BK adalah salah satu orang yang diharapkan oleh siswa untuk membantu memecahkan dan mengatasi berbagai permasalahan yang sedang dihadapinya, sesuai perkembangan usianya sebagai remaja yang sedang berada dalam masa pancaroba yaitu peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja juga merupakan masa pencarian jati diri dan identitas diri sehingga mereka mengalami banyak gejolak.
Kenyataan di lapangan bahwa tugas guru BK itu sangat banyak antara lain: tugas analisa data siswa, tugas pengusulan berbagai macam beasiswa, tugas mengatasi masalah-masalah yang terjadi di sekolah, dan tugas-tugas lain baik yang berhubungan dengan Layanan Bimbingan dan Konseling maupun tugas yang tidak ada hubungannya dengan Layanan Bimbingan dan Konseling. Apalagi rasio Guru BK dengan jumlah siswa sangat tidak seimbang, bila pemerintah telah menetapkan tiap satu Guru BK mengampu 150 siswa atau 1:150 saja, dirasa masih terlalu berat, yang terjadi di lapangan rasio bisa mencapai 1:250, bahkan lebih, sehingga banyak tugas BK yang terbengkalai, terutama tugas-tugas administrasi.
Disamping itu letak geografis sekolah seperti yang ada di SMA N 1 Cangkringan yang berada di lereng Gunung Merapi, dan sebagian besar siswanya berasal dari daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh transportasi umum dan jaraknya cukup jauh dari kampus, membuat Guru BK sering mengalami kesulitan dalam melakukan Home Visit
Siswa kadang-kadang kurang terbuka dalam mengungkapkan masalahnya kepada Guru BK, karena ada perasaan sungkan, malu dan takut, jangan-jangan bila permasalahannya diuangkapkan nilai pelajarannya akan jelek atau bahkan tidak naik kelas, ini sebenarnya merupakan anggapan yang keliru dan perlu diluruskan, untuk meluruskan anggapan bahwa Guru BK adalah polisi sekolah, tukang hukum, dan tukang mencari-cari kesalahan siswa diperlukan sinergi yang dinamis di antara stakeholder yang ada di sekolah. Guru lain yang ada di sekolah juga mempunyai kewajiban yang sama dalam menegakkan disiplin dan mengatasi masalah yang di hadapi oleh siswa, sehingga tidak selalu melemparkan siswa-siswa yang melanggar perauran sekolah, siswa-siswa yang berperilaku menyimpang kepada Guru BK.
Satu-satunya tempat atau orang yang bisa diajak bicara, menyampaikan segala permasalahan adalah teman sebayanya di sekolah. Teman sebaya dianggap sebagai orang yang mau mengerti dan paling peduli terhadap permasalahan yang sedang dihadapi tanpa harus menggurui atau memarahi, dan memberi penilaian baik buruk atau positif negatif. Teman sebaya juga dianggap sebagai sahabat curhat yang paling aman mereka punya bahasa yang sama dalam berkomunikasi sehingga siswa dengan mudah dapat menyampaikan masalahnya dan tidak harus belajar bagaimana berbicara yang sopan, dan halus seperti kalau hendak berbicara dengan guru.
Untuk itulah maka Guru BK harus mampu menangkap potensi yang ada yang harus diberdayakan, yaitu teman sebayanya atau teman sekelasnya untuk dijadikan tempat sebayanya menyampaikan permasalahan, namun dia harus mempunyai ketrampilan mendengarkan dan memberi solusi yang bertanggung jawab, agar mereka dapat dijadikan mitra Guru BK, dan menjadi alternatif bagi siswa dalam menyelesaikan masalahnya, Pembimbing Sebaya ini juga dapat membantu tugas Guru BK sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya sebagai siswa.
Guru BK berkewajiban memberikan bekal pengetahuan kepada siswa agar siswa-siswa tersebut dapat berperan aktif dalam tugasnya sebagai Pembimbing Sebaya sesuai tujuan yang diharapkan.
Apabila Pembimbing Sebaya yang ada di sekolah dapat diberdayakan, tidak mustahil Layanan Bimbingan Konseling akan dapat berjalan dengan maksimal dan siswa dapat memperoleh akses yang porposional sesuai dengan kebutuhannya. Informasi dan data yang mendukung untuk memberikan Layanan Bimbingan Konseling juga akan semakin lengkap dan akurat.
Siswa yang ditunjuk sebagai Pembimbing Sebaya dapat mengambil manfaat yang berguna bagi perkembangan dirinya di masa sekarang dan yang akan datang, karena dengan menjadi Pembimbing Sebaya secara langsung maupun tidak langsung mereka akan memperoleh tambahan ilmu dan pengalaman serta belajar bertanggung jawab baik kepada dirinya sendiri maupun kepada guru dan sekolah di tempat dia belajar dan menuntut ilmu. Orang tua siswa juga akan merasa bangga karena anaknya di sekolah punya peran dan andil dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Peran
Menurut kamus Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka (2002), peran adalah “tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa”.
B. Pengertian Pembimbing Sebaya
Dalam Panduan Pendidikan Sebaya Indonesia Youth Partnership disebutkan bahwa :
Pembimbing Sebaya (PS) atau Peer Education (PE) adalah suatu proses yang mana remaja yang memiliki motivasi dan terlatih dengan baik melakukan aktivitas bersifat informal namun terorganisasi bersama teman sebayanya (mereka yang memiliki kesamaan umur, latar belakang atau minat) dalam waktu tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, keyakinan dan ketrampilan serta menjadikan mereka bertanggung jawab.
Sedangkan Kelompok Sebaya adalah:
sekelompok orang atau kelompok anak-anak atau pemuda yang berumur sama atau berasosiasi sama dan mempunyai kepentingan tertutup seperti persoalan-persoalan anak-anak umur sekolah sampai dengan masa remaja (adolesence). Menurut WF Connell (1972 ).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Pembimbing Sebaya adalah: Sekelompok orang atau kelompok anak-anak atau pemuda yang memiliki motivasi dan telah terlatih dengan baik untuk mengadakan suatu proses atau aktivitas atau tindakan yang bersifat informal maupun terorganisir bersama teman sebayanya dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, keyakinan dan ketrampilan serta menjadikan mereka bertanggung jawab.

1. Mengapa Harus Pembimbing Sebaya?
Seorang remaja dalam kelompok sebayanya memiliki pengaruh yang besar dalam bagaimana ia berperilaku, baik perilaku yang positif maupun perilaku yang negatif. Kepercayaan pada Pembimbing Sebaya di mata kelompoknya benar-benar merupakan dasar yang penting dalam menciptakan Pembimbing Sebaya tersebut.
Dalam berkomunikasi dengan sebayanya Pembimbing Sebaya biasanya menggunakan bahasa yang sama sehingga informasi akan lebih mudah dipahami.
Pembimbing Sebaya juga merupakan suatu cara untuk memberdayakan remaja, dalam hal ini menawarkan mereka kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang berdampak positif bagi mereka serta mengakses pelayanan yang mnereka butuhkan.
Pembimbing Sebaya juga muncul dari keyakinan bahwa remaja memiliki hak untuk berpartisipasi dalam mengembangkan program yang melayani mereka dan hak bersuara dalam bentuk kebijakan yang akan berdampak pada mereka. Oleh karena itu dengan menciptakan kemitraan yang efektif antara Guru Bimbingan dan Konseling dengan Pembimbing Sebaya merupakan sesuatu yang kritis bagi kesuksesan program Bimbingan dan Konseling di sekolah.


2. Peran dan Fungsi Pembimbing Sebaya
Pembimbing Sebaya diharapkan mampu berperan menjadi fasilitator, motivator, dan educator untuk sebayanya, oleh karena itu Pembimbing Sebaya diharapkan dapat :
a. Menjadi model positif yang dapat dicontoh oleh teman sebayanya.
b. Menjadi pemimpin bagi teman sebayanya untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang positif di lingkungannya.
c. Dapat menjadi sumber informasi bagi teman sebayanya akan program yang ada.
d. Selain menjadi teman, seorang Pembimbing Sebaya juga dapat menjadi tempat curhat (dalam batas kemampuannya) bagi teman sebayanya dan memberi solusi yang sesuai dengan kebutuhan remaja yang bermasalah.
e. Pembimbing Sebaya dapat menjadi teman/mitra dalam berkarya di lingkungannya.
f. Pembimbing Sebaya mampu melakukan penjangkauan atau pendekatan pada teman-teman yang bermasalah dan memberikan informasi agar terhindar dan keluar dari permasalahan yang dihadapinya.
g. Secara tidak langsung Pembimbing Sebaya dapat menjagi pelaku kontrol terhadap perilaku dirinya dan teman sebayanya.
Untuk dapat memenuhi peranannya sebagai Pembimbing Sebaya mereka harus memenuhi beberapa kriteria seperti :
1. Aktif dalam kegiatan sosial dan populer di lingkungannya.
2. Berminat secara pribadi terhadap program Bimbingan dan Konseling
3. Lancar berkomunikasi
4. Memiliki ciri-ciri kepribadian yang terpuji seperti: ramah, luwes dalam pergaulan, berinisiatif, kreatif, tidak mudah tersinggung, terbuka untuk hal-hal baru, mau belajar dan suka menolong.

3. Cara Menjadi Pembimbing Sebaya
Ketika remaja atau siswa akan menjasi Pembimbing Sebaya maka remaja tersebut harus mengikuti serangkaian pembekalan dan pelatihan agar mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik dan tidak menjerumuskan teman sebayanya dalam poses pembimbingan.
Serangkaian proses menjadi seorang Pembimbing Sebaya adalah :
1. Mengikuti pelatihan Pembimbing Sebaya secara penuh yang diselenggarakan oleh lembaga (Guru BK).
2. Mengerjakan tugas-tugas dan melaksanakan rencana yang telah disusun.
3. Memberikan laporan kemajuan diri sebagai Pembimbing Sebaya dalam upaya melakukan evaluasi diri dan pengembangan diri.
4. Terus memperkaya diri dengan informasi terkini.
5. Memberikan masukan kepada lembaga untuk mengembangkan program.
6. Mendidik teman sebayanya agar dapat termotivasi.
7. Dapat meningkatkan kapasitas diri.


C. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29/90 :
“Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan”
Sedangkan menurut SK Mendikbud No. 025/0/1995 Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perseorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Dalam pengertian di atas tersimpul hal-hal pokok bahwa :
1. Bimbingan dan Konseling merupakan layanan bantuan.
2. Pelayanan Bimbingan dan Konseling dilakukan melalui kegiatan secara perorangan dan kelompok.
3. Arah kegiatan Bimbingan dan Konseling ialah membantu peserta didik untuk melaksanakan kehidupan sehari-hari secara mandiri dan berkembang secara optimal.
4. Ada empat bidang bimbingan yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir.
5. Pelayanan Bimbingan dan konseling dilaksanakan melalui jenis-jenis layanan tertentu, ditunjang sejumlah kegiatan pendukung.
6. Pelayanan Bimbingan dan Konseling harus didasarkan pada norma-norma yang berlaku.

1. Tujuan Bimbingan Konseling
a. Tujuan umum Bimbingan dan Konseling ialah memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi mereka secara optimal.
b. Tujuan umum tersebut dijabarkan ke dalam tujuan yang mengarah kepada keefektifan hidup sehari-hari dengan memperhatikan potensi peserta didik.
c. Lebih khusus lagi, tujuan-tujuan tersebut dirumuskan dalam bentuk kompetensi.


2. Fungsi Bimbingan dan Konseling :
a. Fungsi pemahaman
b. Fungsi pencegahan
c. Fungsi pengentasan, termasuk fungsi advokasi
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan.

3. Asas-asas Bimbingan dan Konseling
a. Asas kerahasiaan
b. Asas kesukarelaan
c. Asas keterbukaan
d. Asas kegiatan
e. Asas kemandirian
f. Asas kekinian
g. Asas kedinamisan
h. Asas keterpaduan
i. Asas kenormatifan
j. Asas keahlian
k. Asas alih tangan kasus
l. Asas tut wuri handayani.

4. Kegiatan Pokok Bimbingan dan Konseling
1. Kegiatan Layanan
Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah diselenggarakan melalui :
a. Layanan orientasi
b. Layanan informasi
c. Layanan penempatan dan penyaluran
d. Layanan pembelajaran
e. Layanan konseling perorangan
f. Layanan nimbingan kelompok
g. Layanan konseling kelompok

2. Kegiatan Pendukung
Ada sejumlah kegiatan yang dapat mendukung kelancaran dan keberhasilan layanan bimbingan dan konseling yaitu :
a. Aplikasi instrument
b. Himpunan data
c. Konferensi kasus
d. Kunjungan rumah
e. Alih tangan kasus

5. Bidang Bimbingan
Bidang-bidang bimbingan di sekolah adalah :
1. Bimbingan Pribadi
a. Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Pemantapan pemahaman tentang potensi diri dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranannya di masa depan.
c. Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan kreatif dan produktif.
d. Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha penanggulangannya.
e. Pemantapan kemampuan mengambil keputusan dan mengarahkan diri secara mandiri sesuai dengan system etika, nilai kehidupan dan moral, serta apresiasi seni.
f. Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat secara rohaniah maupun jasmaniah, termasuk perencanaan berkeluarga.
2. Bimbingan Sosial
a. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan secara efektif, efisien dan produktif.
b. Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta berargumentasi secara dinamis dan kreatif.
c. Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan social, baik di rumah, di sekolah, di tempat kerja maupun di masyarakat luas dengan menjunjung tinggi tata karma, sopan santun, serta nilai-nilai agama, adat istiadat, hokum, ilmu dan kebiasaan yang berlaku.
d. Pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis dan produktif dengan teman sebaya, baik di sekolah yang sama, di sekolah lain, di luar sekolah, maupun di masyarakat pada umumnya.
e. Pemantapan pemahaman tentang peraturan, kondisi rumah, sekolah, dan lingkungan, serta upaya pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggung jawab.
f. Orientasi tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

3. Bimbingan Belajar
a. Pemantapan sikap kebiasaan dan keterampilan belajar yang efektif dan efisien serta produktif, dengan sumber belajar yang bervariasi dan kaya
b. Pemantapan disiplin belajar dab berlatih, baik secara mandiri maupun berkelompok
c. Pemantapan penguasaan materi program belajar keilmuanm teknologi dan seni di Sekolah Menengah Atas dan sebagai persiapan untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi
d. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, social dan budaya di lingkungan sekolah, dan atau alam sekitar, serta masyarakat untuk pengembangan diri
e. Orientasi belajar untuk pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi

4. Bimbingan Karir
a. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang hendak dipilih dan dikembangkan
b. Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umunyam khususnya karir yang hendak dipilih dan dikembangkan.
c. Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha dan memperoleh penghasilan yang baik dan halal untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
d. Pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki tamantan SLTA
e. Orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan

















BAB III
PEMBAHASAN
A. Peran Pembimbing Sebaya dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depannya. Menurut UU No. 2 Sistem Pendidikan Nasional, tujuan umum dari pelayanan bimbingan dan konseling adalah : terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan bertaqwa kepasa Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Sesuai dengan pengertian bimbingan dan konseling sebagai upaya membentuk perkembangan kepribadian siswa secara optimal, maka secara umum layanan bimbingan dan konseling di SMA harus dikaitkan dengan pengembangan sumber daya manusia. Dalam rangka menjawab tantangan kehidupan di masa depan dan relevansinya dengan dunia kerja. Secara umum layanan bimbingan konseling adalah membantu siswa mengenal bakat, minat dan kemampuannya serta memilih dan menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan untuk merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
Secara khusus layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi,- sosial, belajar dan karier.
Bimbingan pribadi - sosial dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi dan sosial dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri dan bertanggung jawab. Bimbingan belajar dimaksud untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi kerja yang produktif.
Dalam aspek tugas perkembangan pribadi - sosial layanan bimbingan dan konseling membantu siswa agar :
1. Memiliki kesadaran diri, yaitu mengambarkan penampilan dan mengenal kekhususan yang ada pada dirinya,
2. Dapat mengembangkan sikap positif, seperti mengambarkan orang-orang yang mereka senangi,
3. Membuat pilihan secara sehat,
4. Mampu menghargai orang lain,
5. Memiliki rasa tanggung jawab,
6. Mengembangkan ketrampilan hubungan antar pribadi, dapat menyelesaikan konflik,
7. Dapat membuat keputusan secara efektif.
dalam aspek tugas perkembangan belajar layanan bimbingan dan konseling membantu siswa agar :
1. Dapat melaksanakan ketrampilan atau teknik belajar secara efektif,
2. Dapat menetapkan tujuan dan perecanaan pendidikan,
3. Mampu belajar secara efektif,
4. Memiliki ketrampilan dan kemampuan dalam menghadapi evaluasi atau ujian.
Dalam aspek tugas perkembangan karier, layanan bimbingan dan konseling membantu siswa agar :
1. Mampu membentuk identitas karier, dengan cara mengenali cirri-ciri pekerjaan didalam lingkungan kerja.
2. Mampu merencanakan masa depan.
3. Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier
4. Mengenal ketrampilan, kemampuan dan minat.
Sebagaimana diuraikan di dalam Pedoman Umum Bimbingan dan Konseling bahwa yang menjadi sasaran pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dijabarkan dalam tugas-tugas perkembangan peserta didik. Adapun tugas-tugas perkembangan siswa Sekolah menengah Umum/kejuruan, Madrasah Aliyah adalah :
1. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam peranannya sebagai pria dan wanita.
3. Mencapai kematangan pertumbuhan jasmani san rohani.
4. Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan program kurikulumdan persiapan karier atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas.
5. Mencapai kematangan dalam pilihan karir.
6. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, social, intelektual dan ekonomi.
7. Mancapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
8. Mengembangkan kemampuan komunikasi social dan intelektual, serta aprsiasi seni.
9. Mencapai kematangan dalam system etika, nilai kehidupan dan moral.
Pelayanan bimbingan dan konseling bagi siswa SLTA adalah pelayanan yang di peruntukan bagi anak usia remaja karena usia siswa SLTA adalah berkisar antara 15 tahun sampai 21 tahun.
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa ,di mana-masa ini merupakan periode perubahan yang meliputi perubahan fisik, emosi dan perilaku sosial. Masa remaja merupakan usia bermasalah dan masalah-masalah yang timbul sulit untuk diatasi sendiri, hal ini dikarenakan pada usia kanak-kanak sebagian besar masalah yang timbul diatasi oleh orangtua dan guru, sehingga remaja belum mempunyai pengalaman dalam mengatasi masalah yang dihadapinya, di sisi lain remaja merasa dirinya sudah dewasa dan mampu mengatasi sendiri masalahnya tanpa bantuan orangtua atau gurunya, hal ini wajar karena masa remaja merupakan masa mencari identitas diri, yaitu masa menemukan jati dirinya dan peran apa yang harus diambil dalam masyarakat, oleh karena itu dalam masa remaja ini sering terjadi konflik dalam diri remaja tersebut.
Orangtua dan guru punya peran yang sangat penting dalam rangka membantu remaja menemukan jati diri remaja tersebut, akan tetapi seringkali remaja tidak mau berterus terang kepada orangtua atau gurunya, hal itu disebabkan oleh banyak faktor, antara lain : perasaan malu, perasaan takut, perasaan gengsi dan perasaan sungkan. Maka Guru BK sebagai tenaga yang bertanggung jawab terhadap permasalahan remaja di sekolah wajib mencari solusi bagi permasalahan di atas.
Akan tetapi jumlah guru BK yang ada di sekolah seringkali tidak sebanding dengan jumlah siswa. Rasio Guru BK dengan siswa di sekolah adalah 1:150, artinya setiap satu Guru BK di sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap 150 orang siswa, ini saja masih dirasa cukup berat sementara pada kenyataannya di lapangan rasio bisa mencapai 1:250 bahkan lebih, hal ini membuat Guru BK sering kewalahan dalam memberikan Layanan Bimbingan dan Konseling, sehingga tugas-tuganya banyak yang terbengkalai terutama tugas-tugas administrasi.
Letak geografis sekolah juga merupakan kendala yang cukup serius, seperti di SMA Negeri 1 Cangkringan yang berada di lereng Gunung Merapi dan sebagian besar siswanya berasal dari daerah-daerah yang belum dilalui transportasi umum membuat Guru BK mengalami kesulitan dalam melakukan home visit atau kunjungan rumah.
Untuk mengatasi permasalahan dan kendala yang ada Guru BK harus pandai- pandai menyiasati dan mengambil peluang agar pelayanan yang diberikan kepada siswa-siswanya memperoleh hasil yang maksimal. Pembimbing Sebaya merupakan salah satu alternatif jawaban bagi permasalahan ini.
Pembimbing Sebaya dianggap penting dan punya peran strategis karena selain remaja adalah aset yang perlu diberdayakan dan dikembangkan, dengan merekalah teman-teman sebayanya banyak menyampaikan dan menceritakan permasalahan-permasalahannya. Dengan teman sebayanyalah biasanya mereka lebih terbuka dan tidak ada perasaan malu, takut dan sungkan, sehingga banyak informasi dan data yang dapat dijadikan acuan dalam memberikan Layanan Bimbingan Konseling kepada anak didik. Selain itu Guru BK juga dapat terbantu dengan adanya Pembimbing Sebaya dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang ringan yang sesuai dengan kapasitas mereka sebagai siswa.
Tugas-tugas yang dapat dilakukan oleh Pembimbing Sebaya antara lain : melakukan pencatatan terhadap siswa-siswa yang bermasalah di kelasnya dan menginformasikannya kepada Guru Bk, menjadi tempat teman sebayanya menyampaikan masalahnya dan memberikan alternatif solusi sesuai dengan kemampuannya, membantu Guru BK mengerjakan presensi setiap harinya dan merekap setiap akhir bulan, membuat catatan-catatan administrasi terhadap hal-hal yang tidak bersifat rahasia, melakukan kunjungan rumah dan tugas administrasi ringan, dan menjadi pusat informasi yang akurat tentang teman-teman sekelasnya yang bermasalah.
Langkah-langkah Kegiatan
1. Pembentukan Pembimbing Sebaya
Pada awal tahun pelajaran, atau dalam langkah penyusunan program pengajaran, Guru BK memprogramkan mengenai pembentukan Pembimbing Sebaya, caranya dapat melalui seleksi oleh Guru BK atau melalui angket sosiometri, siswa yang dipilih hendaknya adalah siswa yang populer dalam tiap kelasanya, hal ini penting agar siswa yang bermasalah di kelasnya mau membuka diri dalam memecahkan masalahnya, selain popular dianjurkan juga siswa yang mempunyai prestasi baik agar dalam memberilan pembimbingan kepada teman sebayanya mereka memiliki ketrampilan yang lebih.
Jumlah siswa yang diambil dari tiap kelas jangan terlalu banyak, untuk kelas dengan jumlah siswa 36, maksimal diambil tiga sampai lima orang untuk menjadi Pembimbing Sebaya.
Dari lima atau tiga orang yang telah dipilih di setiap kelasnya dengan cara menyebarkan angket sosiometri tadi kemudian dikumpulkan dan diberi penjelasan akan maksud dan tujuan pembentukan Pembimbing Sebaya, langkah-langkah yang akan di lakukan selama menjadi Pembimbing Sebaya.
2. Pelatihan Pembimbing Sebaya
Setelah proses seleksi calon Pembimbing Sebaya dilakukan, langkah berikutnya adalah mengadakan pelatihan Pembimbing Sebaya, Guru Bimbingan dan Konseling dan tiemnya harus memberikan semacam penataran kepada siswa-siswa yang telah terpilih di kelasnya, lama pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan dan materi yang akan diberikan. Waktu yang diambil jangan sampai mengganggu tugas pokok siswa-siswa dalam mengikuti pelajaran, jadi waktu pelatihan hendaknya dilaksanakan setelah selesai sekolah atau di hari-hari yang tidak efektif ( hari minggu atau hari libur lainnya).
Dalam pelatihan tersebut hendaknya juga dibuat kesepakatan-kesepakatan atau aturan main yang harus dilaksanakan dan ditaati oleh Pembimbing Sebaya.
3. Pelaksanaan Kegiatan
Dalam kegiatan ini Guru Bimbingan dan Konseling memberikan serangkaian tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa Pembimbing Sebaya seperti yang telah disepakati bersama dalam pelatihan misalnya :
a. Mencatat dan melaporkan mengenai data presensi siswa di kealasnya
b. Mencatat dan melaporkan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di kelasnya.
c. Melakukan kunjungan rumah kepada siswa yang tidak masuk tanpa keterangan atau sakit, guna mencari informasi atau membezuk teman sekelasnya.
d. Melakukan pencatatan terhadap siswa yang konsultasi atau curhat.
e. Melaporkan siswa-siswa yang memerlukan penanganan khusus oleh Guru Bimbingan dan Konseling.
f. Menjadi sumber informasi bagi Guru Bimbingan dan Konseling.
g. Menjadi kepanjangan tangan Guru Bimbingan dan Konseling dalam menyampaikan informasi kepada siswa.

4. Materi-Materi yang Diberikan Dalam Pelatihan Pembimbing Sebaya
Materi yang diberikan dalam pelatihan Pembimbing Sebaya antara lain :
a. Pengertian Pembimbing Sebaya, peran dan fungsinya
b. Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai Pembimbing Sebaya
c. Hakekat dan tujuan Bimbingan dan Konseling
d. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
e. Azas-azas Bimbingan dan Konseling
f. Karakteristik Remaja
g. Masalah-masalah yang sering dihadapi remaja
h. Pedoman wawancara
i. Tata karma
j. Aturan dan tata tertib sekolah.
k. Dan hal-hal lain yang berhubungan dengan remaja.
4. Tahap Akhir atau Evaluasi
Setelah tahap demi tahap kegiatan dilakukan yaitu: pembentukan Pembimbing Sebaya, Pelatihan Pembimbing Sebaya dan pelaksanaan kegiatan Pembimbing Sebaya, maka tahap yang paling akhir yang harus dilakukan adalah tahapan evaluasai. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui sejauh mana kegiatan Pelayanan Bimbingan dan Konseling dapat terlaksana dan sejauh mana Pembimbing Sebaya dapat melaksanakan peran dan fungsinya seperti yang telah dirumuskan dan dijelaskan dalam tahap awal kegiatan.
Dalam tahap akhir atau tahap evaluasi ini yang dilakukan adalah:
a. Pertemuan antara Pembimbing Sebaya dengan Pembimbing Sebaya dari kelas lain.
Dalam pertemuan ini masing-masing Pembimbing Sebaya dapat melakukan sharing dan membahas masalah-masalah yang muncul di kelas masing-masing dan cara penanganannya, dengan tetap memegang dan berprinsip bahwa masalah yang dialami bersifat rahasia.
b. Pertemuan antara Pembimbing Sebaya dengan Guru Pembimbing atau Guru BK
Dalam pertemuan ini Pembimbing Sebaya melaporkan kegiatan yang telah dilakukan, kendala-kendala yang dialami di lapangan dan memberikan masukan-masukan mengenai kegiatan yang akan dilakukan kemudian. Guru Pembimbing berkewajiban memberikan bimbingan dan saran-saran kepada Pembimbing Sebaya dalam mengatasi kendala-kendala yang ada.
c. Pertemuan antara Pembimbing Sebaya dengan stakeholder yang ada di sekolah, terutama Pembimbing Sebaya, Guru Bimbingan dan Konseling, wali kelas, dan Kepala Sekolah guna membahas dan melaporkan semua kegiatan yang telah dilakukan, hambatan dan kendala serta rencana dan tindak lanjut atas semua permasalahan yang ada. Kepala Sekolah berkewajiban memberikan masukan, saran dan nasihat kepada Pembimbing Sebaya mengenai kendala yang dihadapi serta saran dan nasihat untuk kegiatan yang akan datang. Dalam kegiatan ini masing-masing Pembimbing Sebaya melakukan sharing tentang berbagai permasalahan yang ada dan mengkonsultasikan permasalahannya kepada Guru Bimbingan dan Konseling. Guru Bimbingan dan Konseling berkewajiban memberikan masukan-masukan yang berharga kepada Pembimbing Sebaya, dan membuat agenda kegiatan berikutnnya.
d. Pertemuan-pertemuan yang dilakukan juga dimanfaatkan untuk konferensi kasus.
Pertemuan koordinasi ini dapat dilakukan sesuai jadwal misalnya seminggu sekali, sebulan sekali atau secara insidental sesuai kebutuhan.
B. Pembimbing Sebaya SMA N 1 Cangkringan
Sebagai langkah awal di tahun pelajaran 2007/2008 di SMA Negeri 1 Cangkringan, telah di bentuk Pembimbing Sebaya, awalnya adalah untuk melaksanakan program PIK KRR yang akhir-akhir ini sedang digalakkan dan dikembangkan oleh BKKBN, Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Dinas Kesehatan Bidang Keluarga Berencana Kabupaten Sleman.
Pembimbing Sebaya yang ada di SMA Negeri 1 Cangkringan untuk sementara adalah merupakan satu-satunya Pembimbing Sebaya yang ada di Kecamatan Cangkringan pada saat itu, hal ini terbukti ketika PIK KRR/Pembimbing Sebaya mengadakan acara dengan tema “Hak Reproduksi Remaja” dan mengundang sekolah-sekolah yang ada di lingkungan SMA Negeri 1 Cangkringan, baik SLTP maupun SLTA yakni : SMK Negeri 1 Cangkringan, SMA Sunan Kalijaga Cangkringan, SMK Muhammadiyah Cangkringan, SMP Negeri 1 Cangkringan, SMP Negeri 2 Cangkringan, SMP TD Cangkringan, SMA Negeri 1 Pakem, SMA Muhammadiyah Pakem, serta SMP lain yang ada di Kecamatan Cangkringan dan Pakem, mereka semua menyampaikan bahwa di sekolahnya belum terbentuk adanya Pembimbing Sebaya.
Akan tetapi mulai tahun pelajaran 2008/2009 di SLTA se Kecamatan Cangkringan telah mengikuti jejak kami dan telah membentuk adanya Pendidik Sebaya yaitu di SMK Negeri 1 Cangkringan, SMK Muhammadiyah Cangkringan, dan di SMA Sunan Kalijaga Cangkringan. Semua Pendidik Sebaya tersebut selalu mengadakan koordinasi dan tukar pendapat dengan Pembimbing Sebaya yang ada di SMA Negeri 1 Cangkringan guna menggali ide-ide dan saling bertukar pengalaman di antara Pendidik Sebaya di Kecamatan Cangkringan.
Penulis merasakan manfaat yang cukup besar dengan adanya Pembimbing Sebaya ini. Sehingga dengan inisiatif penulis sendiri memanfaatkan peluang yang ada ini demi keberhasilan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Sebagai langkah awal, penulis berkonsultasi kepada Kepala Sekolah mengenai maksud dan tujuan pembentukan Pembimbing Sebaya ini, kemudian melakukan koordinasi dengan staf dan dewan guru mengenai keberadaan Pembimbing Sebaya peran dan fungsinya.
Untuk tahun 2008/2009 ini merupakan tahun ke-dua adanya Pembimbing Sebaya di SMA N 1 Cangkringan. Dan kami telah mengadakan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang terkait untuk menunjang keberhasilan program kami.
Lembaga-lembaga yang kami gandeng masih seputar lembaga atau instansi yang bergerak di bidang kesehatan, sehubungan dengan program Kesehatan Reproduksi (Kespro), lembaga tersebut antara lain :
1. Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman
3. BKKBN Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
4. CHPSC (Center for Health Policy and Social Change), sebagai pendamping
5. ICBC sebagai pendamping
6. POLSEK Cangkringan
7. Puskesmas Cangkringan
8. Kecamatan Cangkringan
9. Sekolah-sekolah SLTA yang ada di Kecamatan Cangkringan yaitu :
a. SMK Negeri 1 Cangkringan
b. SMK Muhammadiyah Cangkringan
c. SMA Sunan Kalijaga Cangkringan.

Daftar Siswa Pembimbing Sebaya SMA N 1 Cangkringan.
NO NAMA KELAS NO HP
1 Amelia Krisna XI 08562546254
2 Margareha Putri XI
3 Nita yuniarti XI 081578757040/0274898342
4 Chepy Widyanti XI
5 Risdha M. XI 085643903044
6 Ani safitri XI 085729154686
7 M. Rizky Fahlevi XI 085729241986
8 M. Rifky Aminulloh XI 085643077193
9 Anggi Permata Sari XI

Siswa Pembimbing Sebaya periode tahun pelajaran 2008/2009 ini telah mengikuti pelatihan yang diadakan selama tiga hari yaitu pada tanggal 7, 8, 9 Juli 2008 (saat liburan kenaikan kelas), bertempat di Omah Jawi, Boyong, Pakem yang diadakan oleh CHPSC dan ICBC (lembaga yang mendampingi program Kespro) dan akan mengikuti pelatihan life skill pada tanggal 19 dan 20 Agustus 2008 bertempat di Omah Jawi, Boyong, Pakem.
Tema pelatihan yang diberikan masih berupa tema-tema kespro sedangkan yang langsung berkaitan dengan bimbingan dan konseling, penulis mengadakan sendiri di sekolah.
Idealnya keberadaan Pembimbing Sebaya ini ada di setiap kelas, akan tetapi untuk tahap awal penulis baru dapat memanfaatkan dan membentuk Pembimbing Sebaya ini di kelas XI, hal ini karena masih merupakan tahap simulasi di samping kelas yang penulis ampu adalah kelas XI. Meskipun demikian penulis telah banyak merasakan manfaat yang positif dengan adanya Pembimbing Sebaya ini.
Keberadaan Pembimbing Sebaya periode tahun lalu telah berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik antara lain :
1. Melakukan pencatatan terhadap siswa yang bermasah dan melaporkan kepada Guru BK.
2. Melakukan pencatatan presensi setiap hari dan rekap presensi setiap akhir bulan dan akhir semester.
3. Memberikan solusi bagi temannya yang curhat
4. Melakukan kunjungan rumah terhadap teman yang tidak masuk tanpa keterangan.
5. Menyampaikan informasi kepada Guru BK tantang keadaan siswa di kelasnya.
6. Melakukan sosialisasi program terhadap teman-teman sekelasnya.
7. Menyampaikan informasi kepada teman sekelasnya akan informasi-informasi yang dia peroleh dari hasil pelatihan yang diikutinya.
8. Melakukan presentasi melalui Masa Orientasi Siswa (MOS), dengan tema “Tata Krama Siswa” dan “Cara Belajar”.
9. Pembuatan film yang telah diputar dalam acara tutup tahun dengan judul “Arti Sebuah Pengorbanan”, yang menceritakan tentang perjuangan seorang siswa dalam menempuh pendidikannya di SMA sehingga mereka berhasil meraih sukses dalam UNAS
10. Pembuatan majalah dinding dan papan bimbingan
11. Penyuluhan dan mengundang sekolah-sekolah di lingkungan SMA Negeri 1 Cangkringan.
Untuk tahun 2008/2009 ini mereka telah menyusun program dan rencana kerja guna membantu keberhasilan layanan Bimbingan dan Konseling. Rencana dan program kerjanya adalah sebagai berikut :
NO NAMA KEGIATAN WAKTU
PELAKSANA KETERANGAN
1 Melakukan pencatatan presensi Setiap hari
PS dan Guru Pembimbing
2 Melakukan kunjungan rumah pada siswa yang tidak masuk tanpa keterangan Sesuai kebutuhan PS, Guru Pembimbing, wali kelas
3 Melayani siswa yang curhat Setiap waktu PS , Guru BK
4 Pembuatan majalah dinding
Setiap bulan mulai bulan Agustus PS, Guru Pembimbing, Pembina mading
5 Penelitian tentang kasus-kasus BK Mulai bulan Agustus 2008 PS, Guru Pembimbing, Pembina KIR
6 Pembuatan film/teater tentang kasus BK Mulai September 2008 PS, Guru Pembimbing, guru teater Ditayangkan pada saat Tutup Tahun
7 Rapat koordinasi
Setiap bulan minggu terakhir PS, Guru BK, Ka.Sek
8 Penyuluhan melalui MOS Tgl 15 Juli 2008 PS
Guru BK














BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah kegiatan-demi kegiatan dalam metode Pembimbing Sebaya ini dilakukan, maka dapat dirasakan manfaat dan hasil yang signifikan dalam upaya optimalisasi Layanan Bimbingan dan Konseling di SMA antara lain:
1. Layanan Bimbingan Konseling di SMA menjadi lebih optimal.
2. Layanan Bimbingan Konseling di SMA menjadi lebih efisien dan efektif.
3. Tugas-tugas Guru Bimbingan dan Konseling di sekolah menjadi ringan dengan adanya siswa yang membantu.
4. Dapat membantu mengatasi masalah siswa dengan data yang lebih lengkap.
5. Siswa (Pembimbing Sebaya) menjadi lebih percaya diri karena diberi tanggungjawab oleh guru untuk menjadi bagian dari kegiatan sekolah.
6. Siswa yang bukan Pembimbing Sebaya merasa lebih nyaman curhat kepada temannya sendiri, tanpa ada perasaan takut, malu dan sungkan.
7. Masalah-masalah yang sebelumnya tidak terungkap menjadi terungkap, atas informasi dari Pembimbing Sebaya.
8. Peran Pembimbing Sebaya dalam layanan bimbingan dan konseling sangat strategis.
B. Saran
Setelah penulis merasakan manfaat menggunakan metode ini penulis menyarankan kepada:
1. Sejawat BK, agar mencoba metode ini, sepanjang tidak merampas hak-hak siswa sebagai pelajar yang juga punya tugas dan kewajiban belajar.
2. Kepada Kepala Sekolah dan Stafnya diharapkan mau memberi kesempatan kepada Guru Bimbingan dan Konseling untuk memilih metode-metode dan strategi dalam Layanan Bimbingan dan Konseling demi efektifitas dan efisien serta optimalisasi Layanan Bimbingan dan konseling.
3. Pihak sekolah hendaknya dapat memfasilitasi kegiatan ini dengan cara selalu memberikan dukungan baik moral maupun matrial.
4. Semua guru yang ada di sekolah hendaknya dapat menyambut positif kegiatan ini, dengan tetap memberikan bimbingan kepada Pembimbing Sebaya agar dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
5. Kepada siswa yang diberi tugas sebagai Pembimbing Sebaya hendaknya mampu menjalankan amanah yang diberikan dengan penuh tanggung jawab.















DAFTAR PUSTAKA
1. Indonesia Youth Partnership.2009. Panduan Pendidikan Sebaya.
2. Kamus Bahasa Indonesia. 2002. Depdiknas, Balai Pustaka.
3. Lentera Sahaja. PKBI. 2000. Panduan Konseling Seksualitas Remaja. Yogyakarta.
4. Prayitno. 1999. Dasar- dasar Bimbingan dan Konseling. Rineka, Jakarta.
5. Supraktiknya. 1995. Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis,Kanisius, : Yogyakarta.

Jumat, 20 Agustus 2010

Bimbingan Konseling: PENDIDIKAN KARAKTER

Bimbingan Konseling: PENDIDIKAN KARAKTER

PENDIDIKAN KARAKTER

PENDIDIKAN KARAKTER
A. Pengertian
Pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan secara individu dan sosial dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan kebebasan individu itu sendiri ( Doni Koesoemah: 2007)
Menurut Jakoep Ezra, seorang ahli Character, "Karakter adalah kekuatan untuk bertahan dimasa sulit". Tentu saja yang dimaksud adalah karakter yang baik, solid, dan sudah teruji. Karakter yang baik diketahui melalui "respon" yang benar ketika kita mengalami tekanan, tantangan dan kesulitan.
Karakter yang berkualitas adalah sebuah respon yang sudah teruji berkali-kali dan telah membuahkan kemenangan. Seseorang yang berkali-kali melewati kesulitan dengan kemenangan akan memiliki kualitas yang baik. Tidak ada kualitas yang tidak diuji. Jadi jika ingin berkualitas, tidak ada cara yang lebih ampuh kecuali 'ujian'. Ujian bisa berupa tantangan, tekanan, kesulitan, penderitaan dan hal-hal yang tidak kita sukai. Dan jika kita berhasil melewatinya, bukan hanya sekali tapi berkali-kali maka kita akan memiliki kualitas tersebut.
Karakter berbeda dengan kepribadian dan temperamen. Kepribadian adalah respon kita atau biasa disebut etika yang kita tunjukkan ketika berada di tengah-tengah orang banyak, seperti cara berpakaian, berjabat tangan, dan berjalan. Temperamen adalah sifat dasar kita yang dipengaruhi oleh kode genetika orang tua, kakek nenek, dan kakek buyut dan nenek buyut kita. Sedangkan karakter adalah respon kita ketika sedang 'diatas' atau ditinggikan. Apakah kita putus asa, sombong, atau lupa diri. Bentuk respon itulah yang kita sebut karakter.
Karakter terbentuk dipengaruhi oleh paling sedikit lima faktor, yaitu: temperamen dasar kita (dominan, intim, stabil, cermat), keyakinan (apa yang kita percayai, paradigma), pendidikan (apa yang kita ketahui, wawasan kita), motivasi hidup (apa yang kita rasakan, semangat hidup) dan Perjalanan (apa yang telah kita alami, masa lalu kita, pola asuh dan lingkungan).
Karakter yang dapat membawa keberhasilan yaitu empati (mengasihi sesama seperti diri sendiri), tahan uji (tetap tabah dan ambil hikmah kehidupan, bersyukur dalam keadaan apapun, dan beriman (percaya bahwa Tuhan terlibat dalam kehidupan kita). Ketiga karakter tersebut akan mengarahkan seseorang ke jalan keberhasilan. Empati akan menghasilkan hubungan yang baik, tahan uji akan melahirkan ketekunan dan kualitas, beriman akan membuat segala sesuatu menjadi mungkin.
Masih menurut Jakoep Ezra, MBA, CBA, Karakter dibentuk tidak diciptakan, harus melalui proses. Benar ada karakter dasar yang memuat kekuatan dan kelebihan kita. Untuk mengembangkan karakter, diperlukan pendidikan karakter. Kita tidak dapat bertumbuh sendiri dalam karakter yang baik. Perlu seorang pembina, coach, mentor yang mengarahkan dan memberitahukan kekeliruan dan kelemahan-kelemahan karakter kita.
Pendidikan karakter akhir-akhir ini ramai dibicarakan dan ingin dikembalikan lagi pada inti pendidikan kita. Memang, pendidikan tanpa karakter hanya akan membuat individu menjadi sosok yang cerdas dan pandai, namun kurang memiliki pertumbuhan secara lebih penuh sebagai manusia.
Pencetus pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-spiritual dalam proses pembentukan pribadi ialah pedagog Jerman FW Foerster (1869-1966). Pendidikan karakter merupakan reaksi atas kejumudan pedagogi natural Rousseauian dan instrumentalisme pedagogis Deweyan.
Lebih dari itu, pedagogi puerocentris lewat perayaan atas spontanitas anak-anak (Edouard Claparède, Ovide Decroly, Maria Montessori) yang mewarnai Eropa dan Amerika Serikat awal abad ke-19 kian dianggap tak mencukupi lagi bagi formasi intelektual dan kultural seorang pribadi.
Polemik anti-positivis dan anti-naturalis di Eropa awal abad ke-19 merupakan gerakan pembebasan dari determinisme natural menuju dimensi spiritual, bergerak dari formasi personal dengan pendekatan psiko-sosial menuju cita-cita humanisme yang lebih integral. Pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk menghidupkan kembali pedagogi ideal-spiritual yang sempat hilang diterjang gelombang positivisme ala Comte.
Tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subyek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foerster, karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah.
Pendidikan karakter yang digagas Foerster tidak menghapus pentingnya peran metodologi eksperimental maupun relevansi pedagogi naturalis Rousseauian yang merayakan spontanitas dalam pendidikan anak-anak. Yang ingin ditebas arus ”idealisme” pendidikan adalah determinisme dan naturalisme yang mendasari paham mereka tentang manusia.
Bertentangan dengan determinisme, melalui pendidikan karakter manusia mempercayakan dirinya pada dunia nilai (bildung). Sebab, nilai merupakan kekuatan penggerak perubahan sejarah. Kemampuan membentuk diri dan mengaktualisasikan nilai-nilai etis merupakan ciri hakiki manusia. Karena itu, mereka mampu menjadi agen perubahan sejarah.
Jika nilai merupakan motor penggerak sejarah, aktualisasi atasnya akan merupakan sebuah pergulatan dinamis terus-menerus. Manusia, apapun kultur yang melingkupinya, tetap agen bagi perjalanan sejarahnya sendiri. Karena itu, loncatan sejarah masih bisa terjadi di negeri kita. Pendidikan karakter masih memiliki tempat bagi optimisme idealis pendidikan di negeri kita, terlebih karena bangsa kita kaya akan tradisi religius dan budaya.
Manusia yang memiliki religiusitas kuat akan semakin termotivasi untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat, bertanggung jawab atas penghargaan hidup orang lain dan mampu berbagi nilai-nilai kerohanian bersama yang mengatasi keterbatasan eksistensi natural manusia yang mudah tercabik oleh berbagai macam konflik yang tak jarang malah mengatasnamakan religiusitas itu sendiri.
Wacana pendidikan karakter belakangan ini umumnya memposisikan pendidikan karakter sebagai “jalan keluar” bagi berbagai krisis moral yang sedang melanda bangsa Indonesia. Demikianlah, orang mengusulkan pendidikan karakter untuk mencegah perilaku korupsi, praktik politik yang tidak bermoral, bisnis yang culas, penegakan hukum yang tidak adil, perilaku intoleran, dan sebagainya.
Meskipun demikian, sejauh manakah pendidikan karakter telah dipahami? Apakah pendidikan karakter sama saja dengan pendidikan moral, pendidikan agama, pendidikan budi pekerti atau pendidikan kewarganegaraan? Apakah pendidikan karakter dapat diaplikasikan tanpa pengetahuan yang memadai tentangnya?
B. Ciri Dasar Pendidikan Karakteter
Menurut Foerster ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter. Pertama, keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.
Kedua, koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang.
Ketiga, otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain.
Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Kematangan keempat karakter ini, lanjut Foerster, memungkinkan manusia melewati tahap individualitas menuju personalitas. ”Orang-orang modern sering mencampuradukkan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami dan aku rohani, antara independensi eksterior dan interior.” Karakter inilah yang menentukan forma seorang pribadi dalam segala tindakannya.
C. Bagaimana Menciptakan Masyarakat yang Berkualitas Karakter?
Cara yang paling mudah adalah, pertama untuk masyarakat kalangan bawah dan anak-anak diadakan keteladanan dan pendidikan karakter. Misalnya para pimpinan harus memberikan contoh-contoh teladan dalam berbuat kebajikan kepada rakyat, sehingga rakyat terajak untuk berbuat baik dengan suka rela dan pada akhirnya mereka akan berkarakter baik sebagai wujud contoh teladan dan ketaatan kepada pimpinan
Sedangkan bagi anak-anak belum dewasa (dibawah umur 18 tahun) pendidikan karakter adalah solusi yang mujarab yang dapat diharapkan akan mengubah prilaku negatif ke fositif. Pertama kurangi jumlah mata pelajaran berbasis kognitif dalam kurikulum-kurikulum pendidikan TK, dasar, menengah atau menengah sehingga sesuatu yang hanya menjadi beban siswa berkurang. Karena pendidikan intelektual (kognitif) yang berlebihan akan memicu kepada kekerasan dan kenakalan remaja. Seharusnya Pemerintah tidak perlu terjebak dengan ephoria Ujian National, karena secara subtansi ujian tersebut lebih banyak menyebabkan kekerasan kepada anak didik dan penyelewengan pendidik terhadap karakter yang baik, seperti membocorkan jawaban, mengajari anak untuk berbohong dan lain-lain
Kedua, setelah dikurangi beberapa pelajaran kognitif, tambahkan materi pendidikan karakter. Materi pendidikan karakter tidak identik dengan mengasahkan kemampuan kognitif, tetapi pendidikan ini adalah mengarahkan pengasahan kemampuan affektif. Maka metode pengajaran pelajaran karakter ini adalah dilakukan dengan cerita-cerita keteladan seperti kisah-kisah keteladanan Nabi-nabi, pahlawan-pahlawan, dunia, nasional ataupun lokal. Cara lain yang dianggap baik dilakukan adalah dengan contextual learning, meskipun tidak resmi, tidak dalam kelas, anak-anak dicontohi berahklak baik dengan langsung diperlihakkan oleh tindakan-tindakan seluruh pendidik dalam suatu institusi pendidikan, dan inilah cara yang terbaik
Adapun bagi masyarakat kelas atas; penguasa, pimpinan, perubahan karakter mereka kearah yang lebih baik dapat dilakukan dengan penegakan hukum yang pasti dan dilakukan dengan sungguh-sungguh. Syariat Islam adalah senjata ampuh itu hal ini, maka bidikan qanun itu kepada mereka koruptor-koruptor lebih dulu dari kepada kelas bawah yang tidak berdaya.
D. Pendidikan Karakter Tanggung Jawab Semua Pihak
Fokus pendidikan karakter adalah sekolah. Semua pihak yang terlibat di sekolah memikul tanggung jawab membangun pendidikan karakter. Meskipun demikian, pendidikan karakter bukanlah sebuah mata pelajaran yang harus dihafal. Pendidikan karakter merupakan keseluruhan proses pendidikan yang dialami peserta didik sebagai pengalaman pembentukan kepribadian melalui memahami dan mengalami sendiri nilai-nilai, keutamaan-keutamaan moral, nilai-nilai ideal agama, nilai-nilai moral Pancasila, dan sebagainya.
Karena itu, meskipun lingkungan sekolah sangat berperan dalam pendidikan karakter, peran orang tua, masyarakat, dan negara tidak kalah penting. Nilai-nilai yang ditawarkan seebagai fondamen pendidikan karakter tidak akan bisa terealisasi menjadi karakter individu jika tidak pernah dipraktikkan di rumah dan di masyarakat. Sebagai contoh, seorang anak sulit bersifat terbuka dan menghormati perbedaan jika orang tua di rumah biasa bersifat otoriter. Lebih parah lagi jika nilai-nilai semacam ini dipasung oleh rezim penguasa tertentu.
Keteladanan sebagai salah satu model pendidikan karakter kiranya tepat dengan situasi negara kita. Orangtua yang gemar bekerja keras, disiplin, setiap pada nilai-nilai moral, agama, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan akan membantu pembentukan karakter seorang siswa. Demikian pula guru yang terbuka, dedicated, jujur dan adil atau masyarakat dan negara yang menjunjung tinggi kebebasan, demokrasi, multikulturalisme, keadilan sosial, dan sebagainya. Inilah lingkungan yang kondusif bagi pembentukan karakter sebagaimana dimaksudkan.
Sangat sulit melakukan penilaian terhadap pendidikan karakter. Pendidikan karakter tidak bisa dinilai seperti menguji mata pelajaran lain. Kritik terhadap masalah Ujian Nasional sepintas memang menggarisbawahi hal ini, tetapi tampaknya tidak berhubungan langsung dengan assessment terhadap pendidikan karakter. Sementara itu, penegasan bahwa pendidikan karakter harus bersifat membebaskan mengandung konsekuensi logis bahwa penilaian terhadap pendidikan karakter harus dilakukan oleh individu sendiri.
Meskipun demikian, pendidikan karakter tidak lantas menjadi proses pembentukan watak pribadi yang subjektif sifatnya. Pentingnya perilaku standar yang dimiliki sekolah, bahkan di rumah dan di masyarakat. Perilaku standar inilah yang menjadi semacam life in common yang dibangun di atas nilai-nilai unggulan yang sudah disepakati dan yang pada gilirannya menjadi tolok ukur (benchmark) dalam menilai pendidikan karakter itu sendiri.

DAFTAR BACAAN
. http://web.acehinstitute.org/OPINI/PENDIDIKAN/137.html
http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/pendidikan/umum1.htm
Saifuddin Dhuhri, Lc., MA, Pendidikan Karakter Sebagai Solusi: Memajukan Bangsa

OPTIMALISASI MEMORI UNTUK MENINGKAKAN PRESTASI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk Allah yang mempunyai kelebihan di bandingkan dengan makhluk lainnya. Di antara kelebihan tersebut adalah di berikannya manusia akal, dengan akal tersebut mansuia dapat mencapai kemuliaan. Untuk meningkatkan daya akal dan kecerdasan manusia membutuhkan pendidikan. Pendidikan adalah sarana penting untuk mewujudkan mansuia yang cerdas, terampil dan mempunyai ahlak yang mulia.
Pendidikan tidak akan lepas dengan proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan sarana ampuh dalam rangka menumbuhkan manusia pembelajar. Dengan demikian belajar merupakan langkah awal dan penting bagi manusia untuk mengasah otak dan pikirannya. Di sisi lain belajar merupakan aktifitas dalam pendidikan, yang akatiftas tersebut merupakan sebuah proses untuk mengetahui, memahami dan akhirnya menerapkan berbagai informasi yang diterima selama proses pembelajaran.
Manusia belajar, mengingat, dan berpikir, mereka juga merencanakan, memecahkan permasalahan dan menggunaan bahasa. Kebanyakan keistimewaan yang menarik dari tingkah laku manusia adalah bahwa kita belajar untuk mengubah tingkah laku kita ketika berhadapan dengan situasi baru. Kepentingan yang sama adalah kita telah belajar untuk memperluas dalam situasi baru, pada dasarnya sebelum belajar dan pengembangan konsep dan strategi meniru peristiwa yang akan terjadi dan yang akan datang. Ini fleksibel.
Sering terjadi prestasi belajar seseorang menurun atau kurang maksimal yang disebabkan oleh menurunnya fungsi otak terutama memori. Memori adalah bagian yang terpenting di dalam belajar karena dengan memori inilah manusia dapat menerina informasi, menyimpannya dan mereproduksinya. Dalam dunia pendidikan hal ini sangat penting bagi keberhasilan belajar yang ditunjukkan melalui prestasi belajarnya.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan jalan mengoptimalkan fungsi memori dalam proses pembelajaran.
Adapun cara-cara bagaimana mengoptimalkan funsi memori inilah yang akan menjadi topik dalam makalah ini. Relaksasi secara teratur, mendengarkan musik klasik, menata pikiran, menjaga kesehatan, tantanglah diri sendiri, cukup tidur, makan secukupnya, kurangi lemak, perbanyak minum, libatkan emosi, kembangkan ketajaman indra, kembangkan sikap mental positif, olahraga teratur, dan istirahat cukup akan sangat membantu mengoptimalkan memori kita.
Denngan memori yang baik akan dapat dipastikan prestasi belajar yang maksimal.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Memori
1. Pengertian Memori
Ingatan merupakan alih bahasa dari memory. Maka dari itu di samping ada yang menggunakan ingatan ada pula yang menggunakan istilah memori sesuai dengan ucapan dari memory. Pada umumnya para ahli memandang ingatan sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lalu. Proses manusia memunculkan kembali tiap kejadian pengalaman pada masa lalunya, membutuhkan kemampuan mengingat kembali yang baik. Dengan adanya kemampuan mengingat pada manusia,maka ini menunjukan bahwa manusia mampu menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang dialaminya (Walgito 2004).
Menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang pernah dialami, sama halnya dengan memunculkan kembali sesuatu yang pernah terjadi dan tersimpan dalam ingatan.
Memori atau ingatan bukan merupakan suatu objek seperti mata, tangan dan organ tubuh lainya. De Porter & Hernacki (dalam Afiatin 2001) menjelaskan bahwa memori atau ingatan adalah suatu kemampuan untuk mengingat apa yang telah diketahui. Seseorang dapat mengingat sesuatu pengalaman yang telah terjadi atau pengetahuan yang telah dipelajari pada masa lalu. Kegiatan seseorang untuk memunculkan kembali atau mengingat kembali pengetahuan yang dipelajarinya pada masa lalu dalam ilmu psikologi disebut recall memory.
Untuk mengetahui bagaimana proses mengingat kembali itu terjadi maka perlu diketahui bagaimana prosesnya manusia bisa menyimpan informasi dalam ingatanya. Memori atau ingatan merupakan fungsi yang terlibat dalam mengenang atau mengalami lagi pengalaman masa lalu. Proses ingatan ini diukur dengan pengingatan (recall), reproduksi, pengenalan (recognition) dan belajar-ulang (relearning) (Chaplin,2005).
Selanjutnya menurut Richard Atkinson dan Richard Shiffrin (dalam Matlin, 1998) memori adalah bagian penting dari semua proses kognitif, karena informasi dapat disimpan hingga sewaktu-waktu digunakan.
Dalam proses mengingat informasi ada tiga tahapan yaitu memasukkan informasi (encoding), penyimpanan (storage), dan mengingat (retrieval stage). Lebih lanjut dijelaskan dengan menggunakan contoh, misalnya : dalam sebuah pesta kita berkenalan dengan seseorang yang bernama Narti. Pagi harinya kita bertemu lagi dan masih mengenalinya. Kita memasukkan nama Narti ke dalam ingatan. Tahapan ini disebut dengan encoding dimana kita mengubah fenomena fisik (gelombang-gelombang suara) yang sesuai dengan nama yang diucapkan (Narti) menjadi kode-kode yang diterima ingatan, dan kita menyimpanya kedalam ingatan kita. Kita mempertahankan ingatan dari saat pesta hingga pagi hari merupakan (storage). Dan kita masih bisa mendapatkan dan mengenali bahwa orang tersebut adalah Narti, merupakan tahapan mengingat kembali (retrieval stage) sedangkan menurut Walgito (2004) mengingat kembali termasuk dari salah cara untuk menimbulkan kembali ingatan yang disebut dengan to recall
Lebih jelasnya Walgito (2004) menjelaskan bahwa ada dua cara menimbulkan kembali informasi dalam ingatan, yaitu dapat ditempuh dengan (1) mengingat kembali (to recall) dan (2) mengenal kembali (to recognize). Jadi recall memory adalah kemampuan menimbulkan ingatan kembali dengan cara mengingat kembali.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa recall memory adalah kegiatan individu untuk mengingat kembali informasi yang telah disimpan di dalam ingatannya.
2. Istilah dan Konsep Dasar Memori atau Ingatan
Ada tiga tahap dalam memori manusia: memori sensorik, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang.
Memori sensorik mencatat apa yang anda lihat, dengar, rasakan, rasa dan bau. Dengan kata lain, mencatat hal-hal yang ada dalam indra kita. Memori sensorik cukup pendek. Meskipun kita transfer ke memori jangka pendek, itu menghilang segera setelah apa yang kita rasakan berakhir. Sebagai contoh, ketika melihat. Kita melihat ratusan hal ketika berjalan selama beberapa menit. Meskipun perhatian tertuju oleh sesuatu yang anda lihat, itu segera terlupakan oleh sesuatu yang lain yang menarik perhatian anda.
Memori jangka pendek berlangsung sedikit lebih lama, selama anda menaruh perhatian pada sesuatu, anda dapat mengingatnya dalam memori jangka pendek. Misal, pada nomor telepon yang telah anda ulang terus sampai anda bisa menuliskannya, dan nomor tersebut akan tetap tersimpan dalam memori anda selama anda aktif memikirkannya. Jika anda berhenti memberikan perhatian pada itu, maka akan terhapus dalam waktu 10-20 detik. Dalam rangka untuk mengingat sesuatu berikutnya, otak mentransfernya ke memori jangka panjang. Proses mengingat nomor telepon, pada kenyataannya, suatu cara untuk memindahkan nomor dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.
Seperti memori sensorik, jumlah informasi yang bisa anda simpan dalam memori jangka pendek sangat terbatas. Aturan umum adalah bahwa hanya lima hingga sembilan item informasi dapat berada dalam memori jangka pendek sekaligus. Ini adalah alasan bahwa memori jangka pendek adalah sangat “pendek.” Setiap kali anda memberikan perhatian ke informasi baru yang berasal dari memori sensorik, Anda harus mendorong keluar sesuatu yang telah anda perhatian sebelumnya. Misalnya, jika ada sesuatu yang mengganggu konsentrasi anda ketika berlatih mengulang nomor telepon sebelum informasi nomor tersebut mencapai ke memori jangka panjang, maka informasi akan terlempar keluar dan anda harus melihat dan mengingat kembali.
Memori jangka panjang, secara umum, ketika kita berbicara mengenai memory, kita memiliki memori jangka panjang dalam pikiran. Memori jangka panjang dapat menyimpan sejumlah informasi yang hampir tak terbatas. Memori jangka panjang berisi persepsi dan ide-ide yang berkisar dari beberapa menit lalu hingga awal kehidupan masa lalu kita. Memori jangka panjang seperti hard disk yang besar dari sebuah komputer raksasa di mana informasi tidak terbatas dapat disimpan selama seumur hidup. Dalam memori inilah kita membangun ide-ide dan pengalaman, dan menunjukan kembali informasi ketika kita membutuhkannya.
Jika hal ini terdengar rumit – Ajaibnya, otak kita umumnya bisa melakukan pencapaian luar bisa dalam mengumpulkan informasi tanpa hambatan. Dengan latar belakang tersebut, kita akan menjelajahi sebuah pertanyaan yang terjadi pada kebanyakan orang dari waktu ke waktu: Apa perbedaan antara apa yang anda ketahui dan apa yang anda tahu untuk bagaimana melakukannya?
Manusia memiliki dua jenis ingatan jangka panjang: deklaratif dan prosedural. Memori Deklaratif adalah memori gagasan atau peristiwa. Memori Prosedural adalah mengingat bagaimana melakukan sesuatu. Mengeluarkan kata-kata sendiri membantu kita menunjukkan yang mana; “memori deklaratif” yaitu memungkinkan seseorang untuk mengungkapkan sesuatu atau declare. “Prosedural memori” membantu kita untuk melakukan sesuatu – yaitu untuk “berproses”. Memori prosedural sering tidak mudah untuk didiskusikan, atau dijelaskan. Bahkan ketika kita tidak bisa menjelaskan bagaimana kita melakukan sesuatu, kita sering dapat menggunakan ingatan prosedural tanpa sadar berpikir tentang bagaimana melakukan sesuatu atau bagaimana berproses.
Belajar dan ingatan prosedural digunakan dalam hal-hal seperti naik sepeda, belajar mengetik, belajar memainkan alat musik atau belajar berenang. Kita dapat mengendarai mobil dari satu tempat ke tempat lain sepanjang hari tanpa menyadari proses mengemudi hampir sepanjang waktu, dan benar-benar aman. Sekali sebuah “memori prosedural” telah dilatih secara mental atau dipraktekkan secara fisik sampai dengan kuat dalam ingatan jangka panjang, bisa tahan sangat lama-lama. Sebagai contoh, anda masih bisa naik sepeda setelah terakhir kali anda melakukannya bertahun-tahun yang lalu.
Sekarang, satu tingkat lebih kompleks. Memori deklaratif muncul dalam dua tingkatan: “memori semantik” dan “memori episodik.” Memori semantik adalah teoritis atau abstrak. Hal ini tidak tergantung pada waktu dan tempat. memori semantik adalah sepotong informasi. Sebagai contoh, dengan mengetahui bahwa sebuah apel disebut sebagai “buah” adalah memori semantik. Mengetahui bahwa dua tambah dua sama dengan empat juga memori semantik. Anda dapat mengingatnya, menetapkannya, anda memahaminya, dan anda dapat menggunakannya untuk menghitung hal, tetapi tidak mewakili sesuatu nyata atau jelas.
Memori episodik adalah pengetahuan faktual didasarkan pada pengalaman pribadi dalam waktu dan tempat tertentu. Ini adalah sesuatu yang terjadi atau sesuatu yang anda rasakan. Sebagai contoh, jika anda berpikir tentang candi borobudur ketika anda mengunjungi sebagai seorang anak, anda mengalami suatu memori episodik. Contoh lain: anda dapat mengatakan, “Ketika kita berada di toko kemarin, Edi membeli dua apel dan Surti membeli dua apel, jadi ketika kita pulang, kita membawa empat apel”. Anda menggunakan memori semantik untuk menerapkan rumus untuk empat apel yang merupakan bagian dari memori episodik atau memori dari sebuah “episode” dalam hidup anda.
Istilah-istilah dan konsep-konsep ini penting karena jenis memori yang berbeda-beda terbentuk dan disimpan oleh otak dengan cara yang berbeda dan berbeda lokasi. Ingatan merupakan subjek daripada perbaikan atau kerusakan dalam cara yang berbeda pula. Sebagai contoh, tidak semua jenis kenangan/ingatan dipengaruhi oleh penuaan dengan cara yang sama. Ingatan bisa hilang karena faktor usia maka gunakan diri kita sebagai subjek perbaikan dalam memperkuat syaraf-syaraf otak kita. Ketika anda terus belajar dan belajar mengenai memori, ingat ide dasar ini dan diagram untuk membantu anda menempatkan pengetahuan baru.
3. Jenis-jenis Memori
Proses merecall memory atau mengingat kembali sebuah informasi terkait erat dengan jenis memory atau ingatan yang akna dimunculkan kembali. Dalam ilmu psikologi, memory atau ingatan menjadi pokok bahasan. Ada beberapa tokoh yang membahas mengenai memory atau ingatan itu sendiri. Salah satunya adalah
Richard Atkinson dan Richard Shiffrin (dalam Matlin, 1998) mengajukan konsep memori yang dibedakan dalam tiga sistem penyimpanan informasi, yaitu memori sensori (sensory memory), memori jangka pendek (short term memory), dan memori jangka panjang (long term memory)
Etseem (dalam Ismoyo 2006) menjelaskan lebih lanjut mengenai memori sensori. Memori sensori adalah suatu sistem memori yang dirancang untuk menyimpan informasi yang diterima dari sel-sel reseptor dalam waktu yang amat pendek. Memori sensori mencatat informasi atau stimulus yang masuk melalui salah satu atau kombinasi dari panca indera yaitu secara visual melalui mata, pendengaran melalui telinga, bau melalui hidung, rasa melalui lidah, dan rabaan melalui kulit.
Pengertian memori jangka pendek adalah salah satu proses penyimpanan informasi yang bersifat sementara. Informasi yang disimpan dalam memori jangka pendek berisi informasi yang terpilih dari memori sensori. Kapasitas memori jangka pendek. Jumlah informasi yang tersimpan dalam memori jangka pendek lebih kecil bila dibandingkan dengan yang tersimpan dalam memori jangka panjang Etseem (dalam Ismoyo 2006).
Pendapat senada juga dikemukakan oleh, Yacobs (dalam Solso 1995) yang mengadakan penelitian dengan menyebutkan beberapa angka pada pendengar tanpa pola urutan tertentu, kemudian pendengar disuruh menulis kembali kata-kata tersebut, ternyata yang dapat diingat hanya tujuh angka. Dengan menggunakan tanda titik angka, kata dan lainnya menunjukkan hasil yang sama yakni memori jangka pendek terbatas hanya 7 +/- 2 unit.
Davidoff (dalam Ismoyo,2006) menjelaskan bahwa memori jangka panjang (long term memory). diartikan sebagai tempat penyimpanan informasi yang bersifat permanen dibandingkan memori jangka pendek. Memori jangka panjang disebut juga sebagai “gudang” atau tempat penyimpanan informasi yang kapasitasnya tidak terbatas. Memori jangka panjang memungkinkan manusia mengingat kembali informasi masa lalu dan menggunakan informasi yang ada untuk mengerti apa yang terjadi sekarang. Misalnya, nama individu sendiri, rasa jagung rebus, lagu semasa kanak-kanak, dan abjad a-z merupakan bahan yang tersimpan dalam penyimpanan memori jangka panjang.
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas maka dapat diambil kesimpulan bawa jenis-jenis memori antara lain adalah memori sensori (sensory memory), memori jangka pendek (short term memory), dan memori jangka panjang (long term memory).
4. Tahap-tahap Memori atau Ingatan
Sebelum seseorang mengingat suatu informasi atau sebuah kejadian dimasa lalu, ternyata ada beberapa tahapan yang harus dilalui ingatan tersebut untuk bisa muncul kembali
Atkinson (1983) berpendapat bahwa, para ahli psikologi membagi tiga tahapan ingatan, yaitu
a. Memasukan pesan dalam ingatan (encoding).
b. Penyimpanan ingatan (storage).
c. Mengingat kembali(retrieval).
Walgito (2004), yang menjelaskan bahwa ada tiga tahapan mengingat, yaitu mulai dari memasukkan informasi (learning), menyimpan (retention), menimbulkan kembali (remembering). Lebih jelasnya lagi adalah sebagai berikut

5. Cara untuk Meningkatkan Memori
a. Relaksasi secara teratur
Salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ingatan adalah berusaha mengendorkan ketegangan seluruh otot tubuh sebelum mempelajari sesuatu yang baru. Menurut ahli, relaksasi otot dapat mengurangi kecemasan yang sering dirasakan seseorang ketika berusaha mempelajari hal baru.
b. . Dengarkan musik klasik
Menurut Dr. Frances Ranscher dan Dr. Gordon Show, peneliti dari Universitas California, AS, orang yang sering mendengarkan musik klasik akan mengalami peningkatan kemampuan penalaran. Menurut penulis The Mozart Effect, Don Campbell, mendengarkan musik klasik juga akan membantu ingatan dan pembelajaran.
c. . Menata pikiran
Membentuk urutan informasi (mengelompokkan informasi) akan membuat sesuatu lebih mudah diingat. Ini juga akan mempermudah otak untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari dan diketahui.
d. Jaga kesehatan
Tentu, gangguan kesehatan dapat mengganggu ingatan. Sebuah penelitian menunjukan bahwa dalam periode 25 tahun, pria penderita hipertensi akan kehilangan kemampuan kognitif hingga dua kali lipat dibandingkan pria bertekanan darah normal. Penelitian juga menunjukkan bahwa pada usia 70-an, seseorang tidak akan mudah mengalami penurunan kemampuan kognitif jika mereka tetap aktif secara fisik.
e. . Tantanglah diri sendiri
Otak memproduksi senyawa kimia neurotransmitter yang membawa pesan antar-sel yang terlibat dalam ingatan. Ketersediaan neurotransmitter ini akan meningkat apabila otak sering digunakan untuk menyelesaikan tantangan yang menuntut pemecahan masalah.
f. . Cukup tidur
Kurang tidur dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk mengingat informasi yang kompleks. Penelitian di Universitas de Lille, Prancis, mengindikasikan bahwa otak memerlukan tidur untuk mempertahankan kemampuan mengingat informasi yang kompleks.
g. . Makan secukupnya, kurangi lemak, perbanyak minum
Pilih makanan yang rendah lemak dan rendah kalori, serta memperbanyak minum air putih. Air putih dapat membantu pencernaan dan pernapasan, meningkatkan kapasitas pembawaan oksigen dalam darah, serta mempertahankan kesehatan sel.
h. . Libatkan emosi
Pasalnya, peningkatan ingatan tentang suatu kejadian terkait erat dengan peningkatan emosi. Dan pengalaman yang melibatkan emosi akan lebih mudah diingat daripada pengalaman biasa.
i. . Kembangkan ketajaman indera
Cobalah praktikkan keterampilan pengamatan dan belajar memperhatikan sesuatu dengan menggunakan seluruh indera kita. Jika ingin mengingat sesuatu, berhentilah sejenak, perhatikan dan catat apa yang ingin kita lihat.
j. Kembangkan sikap mental positif
Gantilah setiap sikap mental negatif atau kritik terhadap diri sendiri menjadi sikap yang positif, karena hal itu akan menimbulkan rasa percaya diri yang berpengaruh positif terhadap daya ingat.
k. . Olahraga teratur
Selain meningkatkan kekuatan fisik, olahraga juga dapat membantu fungsi ingatan kita dengan menjamin suplai oksigen dan darah ke otak. Olahraga juga menstimulus endorfin, yaitu neurotransmitter yang terkait dengan perasaan senang, yang dapat meningkatkan keceriaan dan menjadi pemicu untuk pembelajaran dan ingatan.
l. . Istirahat cukup
Yang tak kalah penting adalah istirahat cukup. Supaya fungsi otak bisa maksimal, otak membutuhkan istirahat untuk mengendapkan dan mengkonsolidasikan ingatan. Istirahat yang dibutuhkan otak bervariasi, tergantung pada kerumitan dan kebaruan informasi, serta pengalaman orang yang bersangkutan. Cara yang baik adalah memberi waktu istirahat otak 3 hingga 10 menit setelah otak beraktivitas selama 10 hingga 50 menit.
6. Makanan Yang dapat Meningkatkan Memori
Dalam otak manusia terdapat satu triliun sel otak termasuk 100 miliar sel saraf aktif (neuron) dan 900 miliar sel lain yang merekatkan, memelihara dan menyelubungi neuron. Setiap satu dari 100 miliar neuron tersebut dapat tumbuh bercabang hingga sebanyak 20.000 cabang (dendrit).
Cabang yang seperti sebuah pohon ini berfungsi menyimpan informasi. Kehebatan lain: sel otak aktif mampu membentuk koneksi (sinapsis) dengan kecepatan luar biasa (3 miliar per detik!). Koneksi tersebut adalah kunci kekuatan otak. Salah satu cara mempertahankan koneksi yang baik tersebut adalah dengan memperhatikan asupan gizi sehari-hari, berikut adalah sepuluh besar makanan pemacu ingatan:
a. Ikan: (terutama ikan air tawar seperti salem, trout, tuna, herring, makarel dan sarden) banyak mengandung lesitin (kolin), fenilalanin, asam ribonukleat, tirosin, DMAE, vitamin B6, niasin/B3, tembaga, protein, seng, asam lemak omega-3 (DHA), vitamin B12.
b. Telur: mengandung fenilalanin, lesitin (kolin), vitamin B6, vitamin E.
c. Kedelai: mengandung lesitin (kolin), asam glutamik, fenilalanin, vitamin E, besi, seng, protein, vitamin B6.
d. Daging sapi tanpa lemak: mengandung fenilalanin, lesitin (kolin, asam glutamik, besi, seng.
e. Hati ayam: mengandung tirosin, vitamin A, vitamin B1, vitamin B6, vitamin B12, protein, zat besi.
f. Gandum: mengandung lesitin (kolin), asam glutamik, vitamin B6, magnesium, vitamin E, vitamin B1.
g. Ayam: mengandung fenilalanin, vitamin B6, niasin/B3, protein.
h. Pisang: mengandung tirosin, magnesium, potassium, vitamin B6.
i. Produk susu rendah lemak: mengandung fenilalanin, tirosin, slutamin, protein, ALC, vitamin B12
j. Alpukat (avocado): tirosin, magnesium.
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Belajar merupakan suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif siswa dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan yang relatif permanen dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap (Winkel, 1987). Karena itu, sehubungan dengan kegiatan belajar mengajar, maka pengertian belajar yang dimaksud di sini dikaitkan dengan efektivitas metode Mind Map yang digunakan dalam hal meningkatkan prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar adalah hasil evaluasi pendidikan yang dicapai oleh siswa setelah menjalani proses pendidikan formal dalam jangka waktu tertentu dan hasil tersebut berwujud angka-angka (Soeryabrata, 1998). Sedangkan menurut Poerwadarminta (dalam Tanaya, dkk, 1999) mendefinisikan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang sebagai hasil belajar.
Masrun dan Martaniah (dalam Muryono, 1996) mendefinisikan bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan. Dengan perkataan lain, prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”


BAB III
PEMBAHASAN
A. Mengoptimalkan Memori Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Berdasarkan uriaan dalam kajian pustaka, kita dapat mengetahui bahwa prestasi belajar mempunyai hubungan yang sangat erat dengan memori atau ingatan seseorang. Karena prestasi belajat yang baik biasanya ditunjukkan oleh adanya daya ingat yang baik sehimgga seseoramg dapat mereproduksi pengetahuan-pengetahuan yang telah tersimpan di dalam memori jangka panjangnya.
Ada seseorang yang lupa meletakkan kunci, kemudiania berusaha keras mengingatnya, tapi tetap saja lupa. Ingatan atau memori di mana kunci diletakkan tak kunjung muncul. Jika peristiwa itu sering terulang, jangan dulu risau. Belum tentu ia pikun, meskipun usianya mulai lanjut.
Berdasar hasil riset, berapa pun usia seseorang kemampuan otak belum terlambat untuk ditingkatkan.Asalkan mengetahui bagaimana cara kerja otak. Riset terbaru American College of Neuropsychopharmacology's Annual Meeting menjelaskan bahwa orang tua di Amerika dapat meningkatkan kemampuan memorinya dengan mengubah sedikit cara hidup mereka. Yaitu dengan melatih memori, berolahraga, makan makanan sehat, dan mengurangi tingkat stres.
Menurut Gary Small, MD, guru besar ilmu psikiatri University of California Los Angeles, melakukan memory exercise dan mengurangi stres secara rutin dapat meningkatkan kemampuan memori seseorang. Ditambah diet sehat dan olahraga rutin. Kesimpulan ini berdasarkan riset dalam rentang waktu 14 hari, dengan melibatkan beberapa sukarelawan. Para peserta dipantau peningkatan memorinya dengan melakukan empat cara. Pertama, latihan otak: mereka melakukan olahraga otak dengan permainan puzzle selama sehari untuk merangsang otak. Kedua, diet sehat: mereka makan lima kali sehari, dengan diet seimbang, tinggi lemak Omega-3. Kemudian mengonsumsi lima makanan kecil sehari untuk mengatur kadar glukosa dalam darah, yang merupakan sumber energi utama bagi otak. Ketiga, olahraga fisik: berjalan cepat dan melakukan peregangan setiap hari untuk meningkatkan kesehatan fisik. Keempat, penurunan stres: melakukan peregangan dan relaksasi untuk mengatur stres. Sebab stres menyebabkan tubuh melepaskan kortisol. Zat ini dapat merusak pusat memori di otak. Masing-masing peserta dites fungsi otaknya sebelum dan setelah 14 hari penelitian, menggunakan positron emission tomography (PET) scan. Hasilnya, ada peningkatan memori. Hal ini terlihat dengan adanya penurunan 5% metabolisme otak pada regio dorsal lateral prefrontal di otak. Artinya, kerja memori dan fungsi kognitif otak mereka lebih efisien. Apakah pertambahan usia menyebabkan kerusakan memori? Pada usia tua, manusia kehilangan sekitar 40% neuron dalam otak. Selama ini diyakini, itulah penyebab menurunnya kapasitas otak untuk menerima, menyimpan, mengolah, dan mengeluarkan informasi.
Tapi, menurut Dr. Albert dari Univesitas Harvard, bukan sel-sel otak atau neuron yang menentukan fungsi intelektual otak, melainkan korteks --tempat memori dan berpikir. Riset tentang kerusakan otak pernah dilakukan Dr. Peter Davies, Direktur Penelitian Otak Penderita Alzheimer di Albert Einstein College of Medicine, New York. Menurut dia, otak yang sehat tetap berfungsi sangat baik sampai hari tua. Anjloknya kemampuan otak disebabkan penyakit, seperti diabetes, arteri karotid yang menebal, tekanan darah sistolik yang tinggi, dan stadium awal alzheimer.
Sebuah studi menemukan kelainan sel-sel otak mengecil bila kebanyakan alkohol, demikian pula dengan alzheimer. Studi di Universitas California menunjukkan bahwa orang-orang yang mengalami sleep apnea menunjukkan kehilangan jaringan di daerah otak yang membantu mempertahankan memori. Menurut peneliti utama Ronald Harper, seorang profesor neurobiologi di David Geffen School of Medicine UCLA, temuan mereka mengenai gangguan tidur dapat mengarah pada kerusakan otak serius yang mengganggu memori dan pikiran.
Penderita sleep apnea berhenti bernapas dan sering bangun saat tidur malam, yang mengarah pada kelelahan kronik dan masalah ingatan dan konsentrasi. Penelitian telah menghubungkan sleep apnea dengan peningkatan risiko stroke, penyakit jantung dan diabetes. Di dalam studi ini, tim UCLA menggunakan MRI untuk memindai otak penderita sleep apnea. Para peneliti fokus pda struktur otak yang disebut badan mamiliari, terletak di bagian dalam otak. Studi ini menemukan bahwa badan mamiliari dari 43 pasien penderita sleep apnea kebanyakan 20% lebih kecil daripada mereka yang 66 tahun tanpa sleep apnea. hasil ini dipublikasikan di dalam Neuroscience Letter edisi 27 Juni 2008.
Menurut Harper, penurunan oksigen berulang yang dialami penderita dapat mengarah pada kerusakan otak. Kekurangan oksigen selama episode sleep apnea dapat menyebabkan kematian sel-sel otak. Penurunan ukuran badan mamiliari menjelaskan bahwa badan ini mengalami kejadian buruk yang menyebabkan ukuran sel menurun. Fakta bahwa masalah memori pasien terus berlanjut walaupun ditangani gangguan tidurnya menunjukkan kerusakan otak jangka panja Belajar berperan penting dalam psikologi kontemporer. Kebanyakan tingkah laku manusia dapat dikatakan mempengaruhi belajar, khususnya pada akhir masa dewasa. Pada waktu proses kelahiran bayi, hanya sedikit dasar-dasar yang dipelajari seperti tanggapan menangis, makan, dan penggantian, bahkan tanggapan ini dapat dirobah melalui proses belajar, sebagai contoh; anak-anak menginginkan makan pada waktu-waktu tertentu dan tidak pada waktu yang lain, dia kadang-kadang belajar bahwa menangis kadang mungkin atau tidak mungkin diperhatikan orang tua mereka, tergantung keadaan; dan ia akhirnya menjadi terlatih.
B. . Arti Penting Belajar Bagi Manusia
Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan kegiatan yang, sebenarnya, merupakan, “gejala belajar”, dalam arti mustahillah melakukan kegiatan itu, kalau kita tidak belajar terlebih dahulu. Misalnya kita mengenakan pakaian, kita makan dengan menggunakan alat-alat makan, kita berkomunikasi satu sama lain dalam bahasa nasional, kita bertindak sopan, kita mengemudikan kendaraan bermotor dan sebagainya. Jadi apa yang menjadikan semua kegiatan itu suatu gejala belajar. Kemampuan untuk melakukan itu semua diperoleh, mengingat mula-mula kemampuan itu belum ada, maka terjadilah proses perubahan dari belum mampu kearah sudah mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu.
Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya mengamati orang itu. Bahkan, hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan, tampa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Jadi yang dikatakan dengan belajar itu adalah “suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”
C. Ruang Lingkup Manusia belajar dan Pemahaman
Para pakar sepakat bahwa hubungan antara belajar, memori dan pemahaman sangat erat, sehingga satu dengan lainnya tidak dapat berdiri sendiri. Memori biasanya disebut juga dengan ingatan, tetapi menurut Muhibbin Syah memori adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari stimulus, dan merupakan storage system, yaitu sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan yang ada dalam otak manusia.
Sebagai topik dalam psikologi belajar, manusia belajar hanya menunjukkan situasi kelas situasi penyesalan yang luas dan melibatkan manusia. perasaan lebih besar studi manusia belajar melibatkan jangkauan luas
topik dari kondisi simple menuju ke proses kompleks dalam memecahkan masalah. terutama pada proses yang melibatkan tentang transfer ketrampilan dan pengetahuan. sebagai contoh, ketrampilan lisan seperti bahasa ia akan suatu kejadian manusia belajar. Dengan cara yang sama, pelajaran untuk mengemudi, untuk membaca, atau untuk menjadi ahli, dalam beberapa atletik ketrampilan juga membutuhkan manusia belajar. sedikit banyaknya tingkatan lebih terbatas, istilah pelajaran kadang-kadang mengacu pada belajar situasi dan prinsip karakteristik manusia, menyediakan satu basis untuk membedakan prinsip manusia belajar dan prinsip belajar dari binatang.
Bagaimanapun, karakter yang terintegrasi terpelajar dan keadaan umum tentang prinsipnya .


DAFTAR PUSTAKA
Afiatin, T. Belajar Pengalaman Untuk Meningkatkan Memori. Anima, Indonesian . Psychological Journal. 2001. Vol. 17. No. 1. 26-35
Atkinson, R , Richard, A, Hilgard, E .2000. Pengantar Psikologi. Jilid 1, Edisi 8. . Penerjemah : Agus, D, Michael, A. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Chaplin, J. P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi, Edisi 1, Cetakan 10. Jakarta: PT . RajaGrafindo Persada.

Ismoyo, Dina A.W. 2006. Pengaruh Musik Instrumental Terhadap Memory Jangka . Pendek. Skripsi. (Tidak Diterbitkan).

Matlin, M. W. 1998. Cognition. Fourth Edition. Florida : Harcourt Brase & Company.
Muryono. 1996. Intelegensi dalam hubungannya dengan prestasi belajar. Jurnal . Anima, Volume XI, 174-183.
Sumber : http://www.tabloidnova.com/article.php?name=/12-langkah-meningkatkan-. ingatan&channel=kesehatan%2Fumum
Suryabrata, S. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
Tanaya, H. T., Hartanti & Kartika, A. 1999. Perbedaan prestasi belajar matematika . antara kompetisi peringkat kelas dan metode kompetisi alternatif. Jurnal Anima, . Volume XIV, 259-270.
Winkel, W. S. (1996). Psikologi pengajaran. Jakarta: Gramedia.